Peranan NU dari masa ke masa
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Anak-anakku mari kita mulai pembelajaran ini dengan membaca materi setidaknya dengan membaca Allah membuka wawasan cara berfikir dan ilmu pengetahuan yang Allah berikan,jendela Dunia dimulai dengan membaca.
1. Peran NU Pada Masa Penjajahan
Pesantren (baca: pusat pembelajaran NU) dan Madrasah (baca: pusat pendidikan formal NU yang didirikan K.H. Wahid Hasyim Asy’ari 1938) sebagai front perlawanan terhadap penjajah merupakan kenyataan sejarah yang terjadi disetiap tempat dan zaman.Perlawanan digerakkan dari pesantren dan karenanya pesantren menjadi basis perlindungan kaum pejuang kemerdekaan.Demikian halnya yang terjadi di pesantren Demangan Bangkalan yang dipimpin Kiai Cholil yang sangat kharismatik. Suatu ketika, ada beberapa pejuang dari Jawa yang bersembunyi di kompleks Pesantren Demangan yang jauh dari keramaian kota itu.
Lama-kelamaan tentara penjajah mencium gelagat itu, maka tidak ada pilihan lain kecuali harus mengerahkan tentara yang cukup besar untuk mengobrak-abrik kompleks pesantren. Mereka begitu yakin para pejuang bersembunyi di pesantren, tetapi mereka terkejut dan marah ketika dalam setiap penggerebekan tak menemukan apa-apa. Tidak seorang pun yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan ditemukan, di antara sekian santri yanag sedang mengaji.Karena jengkel, akhirnya mereka menahan Kiai Cholil sebagai sandera.Mereka berharap, dengan menyandera Kiai Cholil yang sudah sepuh itu, para pejuang mau menyerahkan diri.
Ketika Kiai Cholil dimasukkan ke dalam tahanan, Belanda direpotkan oleh berbagai kejadian yang aneh-aneh. Mula-mula, semua pintu tahanan tak bisa ditutup, hal itu membuat semua aparat penjajah harus berjaga siang dan malam agar tahanan yang lain tidak melarikan diri. Sementara itu para pejuang ditunggu-tunggu tidak kunjung menyerahkan diri, walaupun pimpinan mereka ditangkap.
Melihat kiainya ditahan, maka setiap hari ribuan orang dari berbagai penjuru Pulau Madura, bahkan juga dari Jawa berdatangan untuk menjenguk dan mengirim makanan kepada Kiai Cholil yang sangat mereka hormati. Tentu saja hal itu juga memusingkan pihak penjajah, karena penjara menjadi ramai seperti pasar.Akhirnya mereka mengeluarkan larangan mengunjungi Kiai Cholil.Tapi ini juga tidak menyelesaikan masalah.Masyarakat yang berbondong-bondong itu berkerumun, berjejal di sekitar rumah tahanan, bahkan ada yang minta ikut ditahan bersama Kiai Cholil.Melihat kenyataan itu akhirnya Belanda membuat pertimbangan. Dari pada dipusingkan dengan hal-hal yang tak bisa diatasi, maka akhirnya pihak penjajah membebaskan Kiai Cholil tanpa syarat.
Penghormatan masyarakat Jawa dan Madura pada kiai yang satu ini sangat besar, selain menjadi guru hampir dari keseluruhan kiai Jawa, sejak Kiai Hasyim Asy’ari, Wahab Hasbullah, Kiai As’ad dan sebagainya, Kiai itu juga dipercaya sebagai waliyullah yang sangat makrifat. Sang Kiai memang orang yang alim dalam ilmu nahwu, fiqh dan tarekat.Ia tidak hanya menghafal Al-qur’an, tetapi juga menguasai segala ilmu Al-qur’an, termasuk qira’ah sab’ah (tujuh macam seni baca Al-qur’an).
Sebagai seorang wali maka ia dimintai restu oleh berbagai kalangan, termasuk salah satu ulama yang melegitimasi lahirnya NU adalah Kiai Cholil, sebab sebelum mendapat isyarah dari Kiai Cholil, Kiai Hasyim Asy’ari masih menunda gagasan yang dilontarkan oleh Kiai Wahab Hasbullah untuk mendirikan jam’iyah ulama itu. Baru setelah mendapat restu Kiai Cholil, melalui Kiai As’ad Syamsul Arifin, Kiai Hasyim Asy’ari segera mendeklarasikan NU sebagai organisasi sosial, yang segera disambut oleh seluruh ulama Jawa, Madura bahkan luar Jawa dan dari luar naegeri.
Menentapkan kedudukan Hindia Belanda sebagai Dar Al-Salam yang menegaskan keterikatan NU dengan nusa bangsa. Hal ini dapat dilihat pada Muktamar Nahdlatul Ulama ke-II di Banjarmasin pada tahun 1936. Sikap Nahdlatul Ulama yaitu menerapkan politik non coorporation(tidak mau kerjasama) dengan Belanda dengan menanamkan rasa benci kepada penjajah para ulama mengharamkan segala sesuatu yang berbau Belanda sehingga semakin menumbuhkan rasa kebangsaan dan anti penjajahan.
Meskipun disadari peraturan yang berlaku tidak menggunakan Islam sebagai dasarnya, akan tetapi Nahdlatul Ulama tidak mempersoalkan, karena yang terpenting adalah umat Islam dapat melaksanakan syariat agamanyadengan bebas.
1.1 Masa Penjajahan Belanda
Pada awal periode berdirinya, NU lebih mengutamakan pembentukan persatuan di kalangan umat Islam untuk melawan kolonial Belanda. Untuk mempersatukan umat islam, K.H.Hasyim Asy’ary melontarkan ajakan untuk bersatu dan mengajukan perilaku moderat. Hal ini diwujudkan dalam sebuah konfederasi, Majlis Islam A’la Indonesia(MIAI) yang dibentuk pada tahun 1937. Perjuangan NU diarahkan pada dua sasaran, yaitu : Pertama, NU mengarahkan perjuangannya pada upaya memperkuat aqidah dan amal ibadah ala ASWAJA disertai pengembangan persepsi keagamaan, terutama dalam masalah sosial, pendidikan,dan ekonomi. Kedua,perjuangan NU diarahkan kepada kolonialisme Belanda dengan pola perjuangan yang bersifat kulturaluntuk mencapai kemerdekaan. Selain itu, sebagai organisasi sosial keagamaan NU bersikap tegasterhadap kebijakan kolonial Balanda yang merugikan agama dan umat Islam. Misalnya : NU menolakberpartisipasi dalam Milisia (wajib militer), menentang undang undang perkawinan, masuk dalam lembaga semu Volksraad, dan lain-lain.
1.2 Masa Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang semuaorganisasi pergerakan nasionaldibekukan dan melarang seluruhaktivitasnya, termasuk NU. Bahkan K.H.Hasyim Asy’ary(Rois Akbar)dipenjarakan karena menolak penghormatan kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arahtimur pada waktu-waktu tertentu. Mengantisipasi perilaku Jepang, NUmelakukan serangkaian pembenahan. Untuk urusan kedalam diserahkan kepada K.H.Nahrowi Thohir sedangkan urusankeluar dipercayakan kepada K.H. Wahid Hasyim dan K.H. WahabHasbullah. Program perjuangan diarahkan untuk memenuhi tigasasaran utama, yaitu : 1.)Menyelamatkan aqidah Islam darifaham Sintoisme, terutama ajaran Shikerei yang dipaksakan olehJepang. 2.)Menanggulangi krisis ekonomisebagai akibat perang Asia Timur bekerjasama dengan seluruhkomponen Pergerakan Nasionaluntuk melepaskan diri dari segalabentuk penjajahan. Setelah itu, Jepang menyadari kesalahannya memperlakukan umatIslam dengan tidak adil. Beberapa organisasi Islam kemudian dicairkan pembekuannya. 3.)Untuk menggalang persatuan, pada bulan Oktober 1943 dibentuk federasi antar organisasiIslam yang diberi nama Majlis SyuroMuslimin Indonesia(MASYUMI). Padabulan Agustus 1944 dibentuk Shumubu (Kantor Urusan Agama)untuk tingkat pusat, dan Shumuka untuk tingkat daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar