Selasa, 02 Maret 2021

Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama (1)

 

Tokoh-Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama

Sebagai warga NU, kita sudah seharusnya mengetahui siapa saja tokoh-tokoh pendiri NU bukan.

Berikut ini kami jelaskan biografi tokoh-tokoh pendiri NU selengkapnya serta kontribusinya terhadap salah satu organisasi terbesar di Indoneisa.

K.H. Hasyim Asy’ari, Tokoh Penting Berdirinya NU

MerahPutih

K.H Hasyim Asy’ari merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia yang ditetapkan langsung oleh peresiden pertama suekarno tahun 1964.

Beliau putra dari Kyai Asy’ari dan Ibu Halimah sebagai anak ke-3 dari 11 bersaudara.

Beliau juga merupakan kakek dari salah satu presiden Indonesia, yaitu K.H Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan nama Gusdur.

Beliau mempunyai empat orang istri dari keturunan para Ulama Indonesia, yang bernama, Khadijah, Nafiqah, Nafisah, dan Masrurah.

Dari hasil pernikahannya itu, beliau dikaruniai 15 orang anak, diantaranya:

  1. Wahid Hasyim.
  2. Muhammad Ya’kub.
  3. Mashrurah.
  4. Abdul Hakim.
  5. Azzah.
  6. Ubaidillah.
  7. Khoiriyyah.
  8. Abdul Karim.
  9. Fatimah.
  10. Khadijah.
  11. Aisyah.
  12. Hannan.
  13. Abdullah.
  14. Muhammad Yusuf.
  15. Abdul Qodir.

Beliau lahir di desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 14 Februari 1871 tepatnya tanggal 21 juli 1947.

Beliau wafat pada tanggal 25 Juli 1947 dan dikebumikan di Tebuireng, Jombang.

Semasa hidupnya, KH Hasyim Asy’ari dikenal sebagai orang yang cerdas, maka tak heran jika di usianya yang masih 13 tahun, beliau sudah bisa memahami kitab-kitab klasik yang diajarkan oleh sang ayah yaitu Kyai Asy’ari.

Di usianya tersebut, beliau juga dipercaya untuk membantu ayahnya mengajar santri-santri di Pondok Pesantren Jombang.

Setelah beberapa tahun berselang, Hasyim Asy’ari muda mulai pergi belajar mencari ilmu ke beberapa Pondok Pesantren di Indonesia.

Dan salah satu guru besar beliau adalah Kyai Kholil Bangkalan, Madura.

Selain mondok di beberapa pesantren di Indonesia, beliau juga pernah menempuh pendidikan di luar negeri seperti di kota Makkah, Arab Saudi.

Di sana, beliau di bimbing langsung oleh Guru Besar Kyai Mahfudh At-tirmisi yang juga mengajarkan ilmu talqin tarekat Qadiriah Wa Naqsabandiah.

Kontribusi K.H Hasyim Asy’ari Sebagai Tokoh Pendiri NU

Perjuangan beliau dalam mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama dan Nusantara tentu tidaklah mudah, beliau menghabiskan waktu serta perjalanan yang cukup panjang dalam perjuangannya.

Dengan berbagai pemahaman yang berbeda, pertimbangan-pertimbangan, serta menunggu izin dari guru besarnya yang ada di Bangkalan, Madura (Kyai Kholil Bangkalan), merupakan salah satu faktor yang menjadi tertundanya pendirian Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

Setelah beliau menerima isyarat dari santri yang diutus oleh Kyai Kholil Bangkalan yang juga merupakan salah satu jawaban dari istikharahnya beliau, akhirnya pada tanggal 31 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) Jam’iyyah Nahdlatul Ulama resmi didirikan.

Sebagai tokoh pendiri NU dan juga merupakan Rais Akbar NU di tahun 1926 sampai 1947, kontribusi KH Hayim Asy’ari sangat dirasakan oleh seluruh Nahdhliyyin.

Dan pada saat muktamar NU tahun 1930, kobstribusi beliau terhadap NU dibuktikan dengan tulisannya tentang Anggaran Dasar NU yang dikenal dengan Qannun al-Asaasii Jami’iyat Nahdlatul Ulama.

Dalam kitab tersebut dijelaskan beberapa hal terkait undang-undang dasar organisasi NU dalam hal mempersatukan umat islam di Indonesia.

Adapun ringkasan dari Anggaran Dasar NU tersebut, meliputi tiga hal utama yang menjadi catatan penting, antara lain:

  1. Saling mengenal satu sama lain.
  2. Adanya kemauan ingin bersatu.
  3. Mempunyai sifat saling mengasihi, bersimpati, dan toleransi.

Pemikiran-pemikiran beliau kemudian dituangkan dalam wadah organisasi NU, yang bertujuan untuk memperkuat Ukhuwah Islamiyah antar organisasi.

Mengutamakan saling toleransi, menghilangkan sifat fanatisme, serta menolak paham-paham radikalisme yang berniat memecah belah bangsa, agama serta negara.

Kontribusi beliau terhadap NU, tidak lain adalah untuk menegakkan syariat Islam di Indonesia tampa harus menghilangkan prinsip dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Beliau adalah ulamak yang mempunyai sifat patriotisme dan nasionalisme yang religius.

Dengan wadah organisasi NU, KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan sebuah fatwa untuk perjuangan membela dan mempertahankan kemerdekaan NKRI.

Fatwa tersebut juga merupakan Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 oktober 1945 di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Dalam fatwa Resolusi Jihad tersebut, setidaknya ada tiga hal penting, yaitu:

  • Hukum melawan penjajah demi membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adalah suatu kewajiban (Fardlu’ain) bagi setiap umat Islam baik laki-laki maupun perempuan dalam radius 90 km.
  • Tingkatan derajat dalam berjihad melawan penjajah merupakan jihad fisabilillah, dan bagi para pejuang yang gugur dalam melawan penjajah termasuk mati syahid.
  • Dan jika ada salah seorang dari bangsa ini yang mengkhianati negara serta, maka sama halnya dia telah menjadi kaki tangan penjajah (penghianat), dan bagi mereka wajib hukumnya untuk dibunuh.

Biografi K.H Abdul Wahab Hasbullah (Katib NU Tahun 1926 dan Rais Aam NU di tahun 1947-1971)

Biografi K.H Abdul Wahab Hasbullah, Tokoh pendiri NUNU Online

K.H Abdul Wahab Hasbullah merupakan salah seorang dari sekian banyak Ulama yang ikut serta menghadiri acara saat peresmian organisasi Nahdlatul Ulama di Surabaya (31 Januari 1926).

Beliau merupakan putra dari salah seorang ulama besar pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, di Jombang, Jawa Timur, yaitu KH Hasbullah Said.

Sementara ibunya bernama Nyai Latifah dan cicitnya bernama Rizky Fadlullah.

Beliau mempunyai adik perempuan bernama Nur Khadijah yang kemudian menikah dengan salah seorang kerabat dekatnya, yakni KH Bisri Syansuri.

Mereka berdua dipertemukan dengan cara perjodohan lalu dinikahkan di kota Makkah, Arab Saudi.

Abdul Wahab Hasbullah sejak masih muda sudah banyak mengembara guna mendalami ilmu-ilmu agama Islam di beberapa Pondok Pesantren terkemuka di Indonesia, diantaranya adalah:

  1. Pondok Pesantren Langitan Tuban.
  2. Pondok Pesantren Mojosari Nganjuk.
  3. Pondok Pesantren Tawangsari Sepanjang.
  4. Pondok Pesantren asuhan KH Kholil Bangkalan Madura.
  5. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan KH Hasyim Asy’ari.

Kontribusi K.H Abdul Wahab Hasbullah Sebagai Salah Seorang Tokoh Pendiri NU

Beliau juga merupakan salah satu tokoh pendiri NU selain Hadhratussyaikh Hasyim Asy’ari yang mana perannya sangat penting ketika organisasi NU mulai diresmikan.

Beliau memiliki pemikiran yang modern namun religius sehingga seringkali dalam setiap acara organisasi, beliau pun selalu ikut berkontribusi untuk mengembangkannya.

Pada saat oganisasi Nahdlatul Ulama akan didirikan, KH Abd Wahab Hasbullah bersama dengan tokoh-tokoh lainnya berusaha untuk menghimpun Ulama-ulama pesantren di seluruh Nusantara agar dapat menghadiri peresmian NU skala Nasional.

Dengan kontribusi beliau yang cukup besar terhadap NU, maka tak heran jika beliau dijuluki sebagai bapak pendiri NU.

Bahkan, ketika masa perjuangan NU melawan penjajah jepang, ternyata KH Abdul Wahab turun langsung menjadi panglima Laskar Mujahidin.

Bersama adik iparnya yaknik KH Bisri Syansuri pada tahun 1926, beliau merumuskan hasil pemikirannya dengan membentuk Tim Komite Hijaz.

Organisasi ini sifatnya sementara, karena tujuannya hanya untuk memperjuangkan hak-hak dalam beribadah di Tanah Suci Makkah tanpa ada larangan bermadzhab.

Selain itu, beliau juga menjadi salah seorang pencetus dasar-dasar kepemimpinan organisasi NU menjadi dua badan, yaitu Syuriah dan Tanfidziah sebagai salah satu cara untuk menyatukan kalangan Tua dan Muda.

KH Abdul Wahab Hasbullah wafat diusianya yang ke 85 tahun pada tanggal 29 desember 1971 di Jombang, Jawa Timur.

Dan untuk menghormati sumua pengorbana dan perjuangan beliau dalam membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), akhirnya Presiden Joko Widodo menganugrahkan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 7 november 2014.

 Presensi Kehadiran

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Runtuhnya Dinasti Umayyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain: 1. Sistem p...