Sabtu, 18 Juli 2020

PROSES BERDIRINYA DAN TERBENTUKNYA DINASTI ABBASIYAH

PROSES BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH



A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah Sejarah terbentuknya Daulah Abbasiyah tidak dapat terlepas dari perjalanan sejarah Daulah Umayyah. Pada awal terbentuknya, Daulah Umayyah mengalami masa kejayaan. Beragam prestasi mampu dicapai pemerintah Daulah Umayyah, keadaan ini berlangsung hingga masa pemerintahan khalifah al Walid bin Abdul Malik. Setelah itu, kemunduran Daulah Umayyah makin tampak. Sepeninggal khalifah Hisyam bin Abdul Malik, kemunduran itu semakin tampak. Kekacauan terjadi dimana-mana, pertikaian internal keluarga tak terhindarkan. 

Mari mengamati gambar berikut ini..!

1. Pengamatanku




2. Pertanyaanku Setelah kalian mengamati beberapa gambar-gambar, muncul dalam imajinasi kalian tentang peristiwa yang terjadi terkait proses berdirinya Daulah Abbasiyah. Pertanyaan apakah yang muncul dalam benak kalian...?. Mari bertanya tentang beragam peristiwa seputar berdirinya Daulah Abbasiyah.

 

3. Wawasanku Kalian akan memiliki wawasan lebih luas terkait terbentuknya daulah besar dalam sejarah Islam dimulai dengan membaca dan memahami teks tentang proses terbentuknya Daulah Abbasiyah, mari kita membaca dan memahami materi berikut:

A. Faktor Pendukung Terbentuknya Daulah Abbasiyah Tentunya kalian masih ingat tentang Daulah Umayyah yang berkuasa selama 90 tahun (660 – 750 M). Sejarawan mencatat cukup banyak kemajuan yang dicapai Daulah Umayyah, mulai wilayah kekuasaan yang membentang dari India hingga Afrika Utara, sistem administrasi pemerintahan yang tertata dengan rapih, penyebaran Islam hingga ke dataran Eropa, hingga kemajuan ilmu pengetahuan. Terbentuknya Daulah Abbasiyah disebabkan beberapa faktor pendukung.
 Antara lain :
1. Perpecahan internal keluarga Daulah Umayyah dan kekisruhan politik dalam negeri. 
2. Munculnya gerakan perlawanan terhadap pemerintah Daulah Umayah yang dilakukan oleh : kelompok Mawali, kelompok Dahaq bin Qais Asy-Syaibani, dan kelompok Syiah yang menilai tampuk kekuasaan khalifah adalah hak keturunan Ali bin Abi Thalib dan ingin menuntut balas atas terbunuhnya Husain bin Ali di Karbala.
3. Perpecahan kelompok suku Arab Utara dan Arab Selatan. 
4. Kekecewaan Ulama dan tokoh agama kepada Khalifah Marwan bin Muhammad yang dinilai tidak memiliki sikap negarawan yang baik. 
5. Wafatnya Khalifah Marwan bin Muhammad (khalifah terakhir Daulah Umayyah) setelah kalah dalam pertempuran di tepi sungai Zab, Irak di tahun 132 H/750 M.

B. Proses Berdirinya Daulah Abbasiyah Babak ketiga dalam drama besar politik Islam ditandai dengan berdirinya Daulah Abbasiyah, mereka menyebut dirinya dengan Daulah. Menandakan sebuah era baru, dan memang benar-benar menjadi era baru. Dinamakan Abbasiyah, karena pendiri Daulah ini merupakan keturunan Abbas bin Abdul Muthalib, Bingkai Khazanah : - Mawali adalah orang-orang bukan Arab, saat ini biasa disebut ‘Ajam. - Syiah adalah pengikut setia  Ali bin Abi Thalib.   paman Nabi Muhammad Saw. Daulah Abbasiyah berkuasa dalam rentang waktu yang panjang selama 550 tahun (750 – 1258 M). Berpusat di Baghdad, Irak sebagai ibu kota, wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah membentang luas meliputi Asia Barat, Asia Selatan, Afrika Utara hingga Eropa. Lembar sejarah dari proses berdirinya Daulah Abbasiyah tidak terlepas dari sosok keluarga Bani Abbas bernama Ali bin Abdullah. Sebagai sepupu Rasulullah Saw, ia merasa yang paling berhak menjadi pemimpin setelah Khulafa’ur Rasyidin. Ali bin Abdullah melakukan propaganda anti Daulah Umayyah, ia mencoba meraih simpati masyarakat luas dengan menamakan gerakan propagandanya sebagai keluarga Bani Hasyim. Tetapi sebelum usahanya itu terwujud, Ali bin Abdullah wafat di tahun 124 H/742 M. Ambisi Ali bin Abdullah selanjutnya dilanjukan oleh putranya yaitu Muhammad bin Ali. Dalam rangka mewujudkan cita-citanya itu ia menjadikan kota Kuffah dan Khurasan sebagai basis gerakan anti Daulah Umayyah. Di kota Khurasan Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari pemimpin masyarakat Khurasan yaitu Abu Muslim al Khurasani. Namun, Muhammad bin Ali lebih dulu wafat di tahun 127 H/745 M sebelum cita-citanya meraih kekuasaan terwujud. Ibrahim bin Muhammad bertekad melanjutkan perjuangan para pendahulunya sepeninggal Muhammad bin Ali. Gerakan yang dilakukan Ibrahim bin Muhammad mendapat perhatian khusus dari Khalifah Marwan bin Muhammad (Khalifah terakhir Daulah Umayyah) dan menganggapnya sebagai ancaman negara. Untuk meredam gerakan Ibrahim bin Muhammad, pada tahun 128 H/746 M Ibrahim bin Muhammad tertangkap oleh pasukan Daulah Umayyah dan wafat dalam pengasingan. Wafatnya Ibrahim bin Muhammad membuat keluarga Bani Abbas semakin gencar melakukan pemberontakan. Dibantu oleh Abu Muslim Al-Khurasani, Abu Abbas As-Saffah dan Abu Ja’far Al-Mansyur melakukan penyerangan terhadap kota-kota penting Daulah Umayyah dan menguasainya. Keadaan ini membuat Khalifah Marwan bin Muhammad tidak bisa berbuat apa-apa hingga ia terkepung di kota Damaskus, Syiria. Walaupun ia berhasil melarikan diri ke Yordania dan Palestina, Khalifah Marwan bin Muhammad tertangkap di kota Fustat, Mesir dan wafat di sana. Dengan wafatnya Khalifah Marwan bin Muhammad, maka berakhirlah era pemerintahan Daulah Umayyah. 


Para Penguasa Daulah Abbasiyah Daulah Abbasiyah berkuasa selama lima setengah abad (132 – 656 H / 750 – 1258 M). Dalam masa kekuasaannya tersebut ada 37 khalifah yang pernah memimpin, mereka telah banyak mengukir prestasi dalam berbagai bidang seperti, kemajuan di bidang administrasi pemerintahan, kemajuan bidang ilmu pengetahuan, kemajuan bidang politik, kemajuan bidang militer, kemajuan bidang ekonomi, arsitektur, dan sebagianya. 
1. Abul Abbas As-Saffah (Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin AlAbbas), (750 – 754 M). 
2. Abu Ja’far Al-Mansyur (Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas), (754 – 775 M). 
3. Al-Mahdi (Muhammad bin Abu Ja’far Al-Mansyur), (775 – 785 M).
4. Musa Al-Hadi (Musa bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur), (785 – 786 M). 
5. Harun Ar-Rasyid (Harun bin Al-Mahdi bin Al-Mansyur), (786 – 809 M). 
6. Al-Amin (Muhammad bin Harun Ar-Rasyid), (809 – 813 M). 
7. Al-Ma’mun (Abdullah bin Harun Ar-Rasyid), (813 – 833 M). 
8. Al-Mu’tashim (Muhammad bib Harun Ar-Rasyid), (833 – 842 M). 
9. Al Watsiq Billah (Harun bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid), (842 – 847 M). 
10. Al Mutawakkil ‘Alallah (Ja’far bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid), (847 – 861 M). 
11. Al-Muntashir Billah (Muhammad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (861 – 862 M). 
12. Al-Musta’in (Al-Abbas bin Al-Mutawakkil), (862-866 M). 
13. Al-Mu’tazz Billah (Muhammad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (866 – 869 M). 
14. Al-Muhtadi Billah (Muhammad Al-Watsiq bin Al-Mu’tashim), (869 – 870 M). 
15. Al-Mu’tamad ‘Alallah (Ahmad bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (870 – 892 M). 
16. Al Mu’tadhid Billah (Ahmad bin Al-mUwaffaq Thalhah bin Al-Mutawakkil bin Al-Mu’tashim), (892 – 902 M). 
17. Al-Muktafi Billah (Ali bin Al-Mu’tadhid), (902 – 908 M). 
18. Al Muqtadir Billah (Ja’far bin Al-Mu’tadhid), (908 – 932 M). 
19. Al-Qahir Billah (Muhammad bin Al-Mu’tadhid), (932 – 934 M).
 20. Ar-Radhi Billah (Muhammad bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (934 – 940 M).
 21. Al-Muttaqi Lillah (Ibrahim bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (940 – 944 M). 
22. Al-Mustakfi Billah (Ali bin Al-Mu’tadhid), (944 – 946 M). 
23. Al-Muthi’ Lillah (Al-Fadhl bin Al-Muqtadir bin Al-Mu’tadhid), (946 – 974 M).
24. At-Thai’ Lillah (Abdul Karim bin Al-Muthi’ bin Al-Muqtadhid), (974 – 991 M) 
25. Al-Qadir Billah (Ahmad bin Ishaq bin Al-Muqtadir), (991 – 1031 M). 
26. Al-Qaim Biamirillah (Abdullah bin Al-Qadir Billah), (1031 – 1075 M). 
27. Al-Muqtadi Biamirillah (Abdullah bin Muhammad bin Al-Qaim Biamirillah), (1075 – 1094 M). 
28. Al-Mustazhhir Billah (Ahmad bin Al-Muqtadi Biamirillah), (1094 – 1118 M). 
29. Al-Mustarsyid Billah (Al-Fadhl bin Al-Mustazhhir Billah), (1118 – 1135 M). 
30. Al-Rasyid Billah (Mansyur bin Al-Mustazhhir Billah), (1135 – 1136 M). 
31. Al-Muqtafi Liamirillah (Muhammad bin Al-Mustazhhir Billah), (1136 – 1160 M). 
32. Al-Mustanjid Billah (Yusuf bin Al-Muqtafi Liamirillah), (1160 – 1170 M) 
33. Al-Mustadhi’ Biamirillah (Al-Hasan bin Al-Mustanjid Billah), (1170 – 1180 M). 
34. An-Nashir Lidinillah (Ahmad bin Al-Mustadhi Biamirillah), (1180 – 1225 M). 
35. Az-Zahir Biamirillah (Muhammad bin An-Nashir Lidinillah), (1225 – 1226 M). 
36. Al-Mustanshir Billah (Mansyur bin Az-Zahir Biamirillah), (1226 – 1242 M). 
37. Al-Musta’shim Billah (Abdullah bin Al-Mustanshir Billah), (1242–1258 M).
 



Bingkai Khazanah : - Daulah Abbasiyah menerapkan sistem pemerintahan Monarki, dimana Khalifah dipilih berdasarkan garis keturunan dan rakyat harus tunduk menrimanya. - Di Indonesia menerapkan Demokrasi Pancasila, dimana Presiden dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum (PEMILU)

e. Keruntuhan Daulah Abbasiyah Kekhilafahan daulah Abbasiyah tidak dapat lagi mengendalikan dan mengawasi jalannya roda pemrintahan daerah di wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah sepanjang kawasan Mediterania dengan Asia Tengah. Akibatnya, muncul disintegrasi antara kekuatan-kekuatan sosial dan kelompok-kelompok moral. Seiring dengan itu, terjadi kehancuran semangat juang bangsa Arab, perbudakkan, kehidupan mewah, minum-minuman keras, nyanyinyaian yang rutin dipertunjukan dilingkungan istnana, merupakan faktor lain yangmelemahkan semangat juang dan menghasilkan generasi pewaris takhta yang lemah. Ada dua faktor penyebab keruntuhan Daulah Abbasiyah, faktor internal dan faktor eksternal. 

1. Faktor internal lebih banyak berperan sebagai penyebab kehancuran Daulah Abbasiyah diantaranya ;

a. Hubbud Dunya (kecintaan yang berlebihan terhadap kemewahan dunia). Periode awal Daulah Abbasiyah berkuasa menghasilkan kemakmuran dan kemewahan hidup di kalangan penguasa. Kondisi ini mendorong generasi khalifah berikutnya untuk hidup lebih mewah dari khalifah sebelumnya, hal ini menyebabkan pemborosan uang kas negara. 

b. Konflik keluarga Daulah Abbasiyah yang berujung pada perebutan kekuasaan. Pada periode kedua kekhalifahan Daulah Abbasiyah, perebutan kekuasaan nampak jelas. Pada periode ini, hanya empat khalifah yang meninggal secara wajar. Selebihnya para khalifah ada yang meninggal diracun, dibunuh, dan diturunkan paksa. 

c. Meningkatnya konflik keagamaan. Konflik antara kelompok Sunni-Syiah sejak masa khalifah Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan tidak pernah selesai hingga masa Daulah Abbasiyah. 

d. Melemahnya jiwa patriotisme dan Nasionalisme. Daulah Abbasiyah banyak memperoleh kemakmuran, sehingga mampu membayar tentara asing dari Turki untuk menjaga keamanan dan pertahanan negara. Persoalan ini memicu merosotnya jiwa patriotisme dan nasionalisme rakyat Daulah Abbasiyah.

2. Faktor eksternal ; Penyerangan tentara Mongol atas Baghdad (ibu kota Daulah Abbasiyah) yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada 1258 M, saat itu Daulah Abbasiyah dipimpin oleh Al-Mu’tashim Billah. Setelah kota Baghdad hancur dan khalifah Daulah Abbasiyah terbunuh, berakhirlah kekuasaan Daulah Abbasiyah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dunia muslim tanpa khalifah yang namanya biasa disebut-sebut dalam sholat Jum’at.  

a. Banyak muncul pemberontakan Setelah periode kedua, kekhalifahan Daulah Abbasiyah tidak sekuat para pendahulunya. Kebijakan pemerintahan yang tidak berpihak kepada rakyat, tingginya pajak yang dibebankan kepada rakyat, mengakibatkan banyak daerah-daerah yang memberontak dan memisahkan diri dari pemerintah pusat Daulah Abbasiyah. 

b. Dominasi bangsa Turki dan bangsa Persia Bangsa Turki dan bangsa Persia (Bani Buwaihi) banyak menguasai pemerintahan dan mempengaruhi kebijakan khalifah. Segala persoalan terkait jalannya roda pemerintahan dikendalikan oleh bangsa Turki dan bangsa Persia. Kedudukan khalifah Daulah Abbasiyah benar-benar hanya sebatas pemerintahan boneka saja. 







































1 komentar:

Runtuhnya Dinasti Umayyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain: 1. Sistem p...