Senin, 13 Juli 2020

Proses Masuknya Islam di Indonesia

BAB I

MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA KEI INDONESIA

 A. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

Ada tiga teori yang menyatakan masuknya Islam di Indonesia, yaitu :

1.      Teori Gujarat: Menutut teori ini Islammasuk ke Indonesia pertama kali dari Gujarat (India) pada abad ke 12-13 M. Hal ini dibuktikan dengan :

A.      Adanya persamaan Batu Nisan di Cambay, Gujarat dangan Batu Nisan yang ada di Pasai (Aceh) bertanggal 17 Dzulhijjah 831 H / 27 September 1428 M dan Batu Nisan di Gresik (makam Maulana Malik Ibrahim) bertanggal 822 H / 1419 M.

B.      Pada waktu itu para pedagang Arab yang singgah di Gujarat dalam rangka perdagangan timur tengah dengan Indonesia.

2.     Teori Arabia :Islam masuk pertama kali masuk ke Indonesia langsung dari Arab pada abad 1 H atau abad 7-8 M, hal ini dibuktikan dengan :

A.      Adanya perkampungan arab (Pekojan) di pesisir utara pantai Sumatra (Aceh) pada tahun 684 M.

B.      Pada tahun 632 M para saudagara arab melakukan ekspedisi perdagangan ke Cina, namun sebelumnya singgah dulu di Aceh, sejak saat itulah awal Islam masuk ke Indonesia.

C.       

3. Teori Persia : Islam di Indonesia berasal dari Persia, hal didasarkan atas persamaan budaya, yaitu :

A.      Peringatan 10 Muharram (Syuro) sebagai peringatan Syi’ah terhadap Syahidnya Husain.

B.      Ada persamaan ajaran Wahdatul Wujudi Hamzah Fansuri dan Syeikh siti Jenar dengan ajaran Sufi Pesia, Al Hallaj (wafat 922 M)

C.      Penggunaan istilah Persia dalam tanda bunyi harokat dalampengajian Al Qur’an

D.     Mayoritas bermadzhab Syafi’i.

 

Daerah lain yang pertama menerima islam adalah Jawa, hal ini didasarkan bukti-bukti sebagai berikut

–          Pada tahun 674 M raja Ta-cheh (Muawiyah) mengirim utusan ke kerajaan Kalingga untuk mengetahui keadaan kerajaan tersebut. Berdasarkan utusan tersebut diketahui bahwa pada waktu itu sudah ada penduduk yang beragama Islam.

–          Di desa Leran, Manyar, Gresik ditemukan makam Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475-495 H (1082-1101 M)

Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa, Islam pertama kali masuk ke Indonsia pada abad 1 H /7-8 M langsung dari Arab, namun dapat berkembang dengan pesat pada abad ke 12-13 M, hal ini ditandai dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai, dimana budaya Islam yang berkembang adalah budaya Islam Persia.

1.      B. TOKOH – TOKOH PENYEBAR ISLAM DI INDONESIA

Pada awalnya, tokoh-tokoh penyebar Islam di Indonesia adalah para pedagang. Selain membawa dan menawarkan dagangan, mereka juga memperkenalkan dan menyiarkan Islam kepada para penduduk.

1. Sumatra

A.      Syeikh Ismail, Seorang ulama Makkah yang tinggal di Pasai. Beliau berhasil mengislamkan Meurah Silu yang berganti nama Malikus Shalih (raja Samudra Pasai pertama).

B.      Syeikh Abdullah Al Yamani, ulama Makkah, berhasil mengislamkan penguasa Kedah yang berganti nama Sultan Muzahffar Syah.

C.      Said Mahmud Al Hadramut, berhasil mengislamkan Raja Guru Marsakot dan rakyatnya yang berada di wilayah Barus (Sumatra Utara)

D.     Syeikh Burhanudin Ulakan, Ulama Minangkabau penganut tarekat Syatariyah

E.      Sayyid Usman Syahabudin, Ulama Riau yang menyiarkan Islam di kerajaan Siak.

 

2. Jawa

Penyebar Islam di Jawa dikenal dengan sebutan wali songo, yaitu :

a. Maulana Malik Ibrahim

f. Sunan Drajat (Syarifudin Hasyim)

b. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

g. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah

c. Sunan Giri (Raden Paku)

h. Sunan Kalijaga (Raden Mas Sahid)

d. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

i. Sunan Muria (Raden Prawoto)

e. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Madura baru terislamkan pada abad ke-15 M. adapun tokokh yang berjasa adalah : sunan Padusan, (Raden Bendoro Diwiryopodho/Usman Haji) di daerah Sumenep, Buyut Syeikh dan empu Bageno yang berdakwah di Sampang.

3. Daerah Lain

A.      Kalimantan : Tuan Tunggang dan Datuk ri Bandang

B.      Sulawesi : Maulana Husain (ternate), Syeikh Mansur (Tidore), Katib Sulung, Datuk ri Patimang, (Goa), Sayyid Zeun al Alydrus dan Syarif Ali (Bugis).

C.      Nusa Tenggara : Sunan Prapen, Habib Husain bin umar dan Habib Abdullah Abbas (Lombok), Syarif Abdurrahman Al Gadri (Sumba), Syeikh Abdurrahman (Sumbawa dan Timor), Pangeran Suryo Mataram (Kupang).

1.      C. FAHAM KEISLAMAN YANG BERKEMBANG DI INDONESIA

Faham ke-Islaman yang berkembang di Indonesia sejak awal adalah faham Ahlusunnah wal Jama’ah atau disebut juga Sunni yang menonjolkan aspek-aspek sufistik dan bermadzhab Syafi’i.

Secara Harfiyah Ahlusunnah wal Jama’ah berasal dari tiga kata :

1.      Ahlu ; keluarga, golongan atau pengikut

2.      Al Sunnah ; segala sesuatu yang diajarkan dan diamalkan Rasulullah SAW.

3.      Jama’ah ; para  shahabat, apa yang disepakati para shahabat pada masa Khulafaur Rosidin.

Jadi, Ahlusunnah wal Jama’ah ialah : Golongan yang mengikuti ajaran Islam seperti yang diajarkan dan diamalkan Rosulullah dan para Shahabtnya.

Faham ini di pelopori oleh ; Imam As’ary dan Imam Maturidi.

 

 

BAB II

STRATEGI DAN PENYEBARAN ISLAM

DI INDONESIA

A. STRATEGI DAKWAH ISLAMIYAH

Islam dalah agama yang membawa rahmat kepada seluruh alam semesta, bukan hanya umat Islam semata. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT …

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.”

Dalam mengemban dakwah Islamiyah, para Da’i atau Mubaligh tidak menempuh jalan kekerasan, namun lebih memilih jalan damai. Metode dakwah dengan jalan kekerasan hanya akan memimbulkan dampak negatif baik dari segi Da’i maupun dari segi dakwah Islamiyah itu sendiri.

Karena tugas dakwah adalah tugas setiap umat Islam, maka kegiaytan dakwah Islamiyah dilaksanakan oleh semua pihak dengan berbagai kegiatannya masing-masing. Para pedagang melaksanakan dakwahnya dalam kegiatan perdagangan, para seniman melaksanakan dakwahnya dalam kegiatan seni dan budaya, dan para penguasa (pemimpin) melaksanakan dakwahnya dalam kegiatan pemerintahan.

B. DAKWAH MELALUI KEGIATAN PEREKONOMIAN

Salah satu proses Islamisasi di Indonesia melalui jalur perdagangan, hal ini sesuai dengan kesibukan jalur perdagangan di selat Malaka pada abad 7-12 M. Para pedagang Arab mempunyai peranan yang penting dalam aktfitas perdagangan Timur-Barat.Kegiatan perdagangan tersebut digunakan untuk berdakwah dan berinteraksi dengan para penguasa setempat. Keuntungan lainya ialah status social yang tinggi para pedagang, dengan menduduki golongan elit tersebut dapat dimanfaatkan untuk berdakwah di pusat-pusat pemerintahan.

C. DAKWAH MELALUI KEGIATAN SENI BUDAYA

Selain perdagangan, para mubaligh Islam juga menggunakan bentuk-bentuk seni dan budaya sebagai media dakwah. Cara ini lebih mengutamakan isi daripada bentuk lahiriyah dan mudah menarik simpati rakyat sehingga mudah pula merek masuk Islam.

Bentuk-bentuk seni dan budaya yang  digunakan sangat beragam, ada yang memanfatkan yang sudah ada namun ada yang memunculkan hal yang baru. Cabang seni yang popular digunakan adalah Wayang, Gamelan, Gending, dan seni ukir.

Inisiatif penggunaan Wayang adalah Sunan Kalijaga dengan memodifikasi bentuk dan isi ceritanya. Di dalamnya diselingi gending-gending yang berupa syair-syair yang berisi ajaran agama, pendidikan, dan falsafah kehidupan. Budaya yang masih dipeertahankan sebagai media dakwah ialah Kenduri dan Selametan, dimana niat dan isinya diubah dan diaganti nilai-nilai keislaman.

D. DAKWAH MELALUI PERKAWINAN

Beberapa factor yang mendorong terjadinya perkawinan pendatang muslim dan wanita setempat, antara lain :

1.      Karena Islam tidak membedakan status masyarakat.

2.      Kebutuhan biologis, para pedagang biasanya tidak membawa istri dalam muhibahnya. Para pribumi juga membiarkan perkawinan anak-anakya dengan pedagang muslim untuk memperoleh status social dan ekonomi yang kuat.

3.      Faktor politik, dengan menikahi putri bangsawan maka akan meningkatkan status social dan ekonomi sehingga memudahkan untuk berdakwah.

Melalui perkawinana ini nantinya akan membentuk inti masyarkat muslim yang menjadi titik tolak perkembangan Islam di Indonesia.

E. DAKWAH MELALUI POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Berdakwah dilakukan pula di lingkungan kerajaan, sasaran utamanya adalah para raja, keluarga raja, dan para pembesar kerajaan. Tujuan utamanya adalah apabila sang raja telah masuk Islam, maka rakyatnya akan setia mengikutinya.

Di antara para tokoh yang berhasil ialah Syeikh Ismail yang berhasil mengislamkan Merah Silu (Malikus Shaleh raja Samudra Pertama). Di Jawa; Raden Rahmatullah (Sunan Ampel) berhasil berdakwah di lingkungan kerajaan majapahit. Walaupun prabu brawijaya tidak mau masuk Islam, namun Sunan Ampel diberi kebebasan untuk berdakwah sampai ia mendirikan Pesantren di Randukuning Surabaya yang bernama Ampel Dento .

Salah satu kader Sunan Ampel adalah Raden Patah, beliau adalah putra Brawijaya V dari ibu Dharawati. Pada tahun 1462 Raden Patah diangkat menjadi adipati Bintoro (Demak), meskipun demikian beliau tetap berdakwah dan mendidik para santri di pesantren Glagahwangi. Demak berkembang dengan pesat, selain sebagai pusat pemerintahan tetapi juga sebagai pusat dakwah Islamiyah dan berkumpulnya para wali songo. Di Kota ini para wali mendirikan sebuah masjid agung pada tahun 1468 M. Melalui musyawarah para Wali maka Raden Patah diangkat menjadi Sultan di Demak, sejak saat itu berdirilah kerajaan Islam di Jawa, yaitu kerajaan Demak.

Dengan berdirinya kerajaan (pemerintahan) Islam, maka penyebaran Islam akan lebih kokoh, sehingga Islam berkembang dengan pesat di Indonesia.

PONDOK PESANTREN

A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA PONDOK PESANTREN

pesantren merupakan “Bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia, dimana bila di tinjau dari segi sejarah dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama.

Pondok adalah rumah atau tempat tinggal sederhana, disamping itu kata “Pondok” berasal dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti asrama. Sedangkan Istilah pesantren berasal dari kata Shastri (India) yang berarti Orang yang mengetahui kitab suci (Hindu). Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri. Dalam bahasa Jawa mnejadi Santri dengan mendapat awalan Pe dan akhiran an menjadi Pesantren :Sebuah pusat pendidikan Islam tradisional atau pondok untuk para siswa sebagai model sekolah agama di Jawa.

Di Aceh Pesantren disebut : dayah, Rangkang, Meunasah. Pasundan disebut Pondok, dan di Minangkabau disebut Surau. Pimpinan pesantren tertinggi (Pengasuh) disebut Kyai (jawa), Tengku (Aceh), Datuk atau Buya (Minangkabau), Abah/Ajengan (Sunda).

Tokoh yang pertama mnedirikan pesantren adalah Maulana malik Ibrahim (w. 1419M), beliau menggunakan Masjid dan pesantren untuk pengajaran ilmu-ilmu agama yang akhirnya melahirkan tokoh-tokoh wali songo. Pada taraf permulaan bentuk pesantren sangat sederhana, kegiatan pendidikan dilakukan di masjid dengan beberapa santri. Ketika Raden Rahmad (Sunan Ampel) mendirikan pesantren (Ampel Dento) hanya memiliki tiga orang santri. Para santri yang telah selesai belajarnya di Pesantren Ampel Dento kemudian mendirikan pesantren baru. Salah satunya adalah Raden Paku (Sunan Giri) yang mendirikan Pesantren d desa Sidomukti, Gresik yang bernama Giri Kedaton.

Pesantren Giri Kedaton memiliki santri dari berbagai daerah, seperti jawa, Madura, Lombok, Sumbawa, Makasar, Ternate, dan lain-lain. Setiap santri kemudian mendirikan pesantren di daerahnya masing-maisng dengan demikian pesantren dapat berkembang dengan pesat.

Berdasarkan sejarah berdirinya, maka tujuan berdirinya pesantren ialah :

1.      Sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan pembentuk kader-kader ulama

2.      Sebagai benteng pertahanan dan pengawal bagi keberlagsungan dakwah Islamiyah di Indonesia.

 

B. FUNGSI DAN PERAN PESANTREN DALAM PENYEBARAN ISLAM

Fungsi utama pondok pesantren ialah sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan pusat dakwah islamiyah. Pada masa penjajahan Pesantren merupakan pendidikan menanamkan sikap patriotisme dan basis perjuangan untuk melawan penjajah.

Tradisi pesantren memiliki sejarah panjang. Oleh karena itu, situasi dan peranan Pesantren dewasa ini harus dilihat dalam hubungan perkembangan Islam jangka panjang, baik di Indonesia maupun di negara-negara Islam pada umumnya.

Sesuai dengan perkembangan jaman maka pondok pesantren saat ini dilengkapi dengan ilmu-ilmu umum dan berbagai ketrampilan. Hal ini untuk membekali para santri agar tidak gagap dengan perkembangan IPTEK dan dapat berperan aktif dalam masyarakat luas.

Pendidikan di Pesantren bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowliege) tetapi juga transfer nilai (transfer of value), sehingga akan mampu mencetak santri yang menguasai ilmu-ilmu agama, mengamalkan ilmunya dengan ikhlas, dan menjadi orang yang sholeh apapun profesinya.

 

C. METODE KAJIAN YANG DILAKUKAN DI PESANTREN

Proses pendidikanya berlangsung 24 jam, dimana terjadi hubungan antara Kyai dan santri, santri sesame santri yang berada dalam satu kompleks (masyarakat belajar).

Setidaknya ada tiga jenis ilmu keislaman yang secara istiqomah diajarkan di pesantren, yaitu : Aqidah (Kalam), Fiqh (Syari’ah), dan Akhlaq (tasawuf). Ketiga ilmu tersebut digali dan dipelajari dari sumber kitab-kitab salaf (kitab kuning) yang disusun oleh para ulama Ahlusunnah wal Jama’ah.

Sistem pembelajaran di Pesantren meliputi :

1.      Sorogan, Kyai/Ustadz mengajar para santri satu persatu, tanpa membedakan umur dan jenjang pendidikan.(kelas). Contoh : sorogan Qur’an, sorogan Kitab dan lain-lain.

2.      2. Bandungan, Kyai/Ustadz mengajar para santri secara bersama-sama tanpa membedakan umur dan kelas. System ini biasanya dilakukan pada waktu tertentu dan pada materi tertentu, seperti pengajian akhlaq, Hadits, Pengajian Romadlon, dan lain lain.

3.      3. Madrasy / Kalsikal, system pembelajaran dengan cara klasikal, para santri dikelompokan sesuai umur dan tingkat kemampuannya. Dalam pendidikan Pesantren dikenal jenjang pendidikan yaitu :Awaliyyah, Wustho, Ulya, Ma’had ‘Ali.

Berdasarkan system pembelajarannya, maka pesantren dapat dikelompokkan :

1.      Pesantren Al Qur’an, Pesantren yang secara khusus mempelajari Al Qur’an  dan mencetak para Hafidz fdan Hafidzah.

2.      Pesantren Kitab, Pesantren yang secara khusus mempelajari ilmu-ilmu fiqh

3.      Pesantren Alat, pesantren yang secara khusus mempelajari ilmu-ilmu Bahasa Arab, seperti ilmu Nahwu, Shorof, dan lain-lain.

Sedangkan tipe secara umum pesantren adalah :

1.      Pesanten Salafiyyah, Pesantren yang tidak menyediakan pendidikan formal, sehingga para santri hanya khusus belajar di pesantren. Pesantren Salafiyah secara khusus mempelajari satu bidang keilmuan, seperti fiqh, Hadits, atuapun ilmu alat.

2.      Pesantren Modern, Pesantren yang menyediakan pendidikan formal, sehingga para santri selain belajar di pesantren juga menempuh pendidikan formal.

3.      Pesantren Perpaduan , Pesantren yang menyediakan pendidikan formal, tapi dalam system pembelajaranya juga mengikuti system Salafiyyah.

D. HAL-HAL YANG MENJIWAI DI PESANTREN

Sebagai lembaga Tafaqquh fiddin (memperdalam agama) pondok pesantren mempunyai jiwa yang membedakan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainya. Jiwa pondok pesantren tersebut dinamakan “Panca Jiwa Pesantren”, yaitu :

1.      Jiwa keikhlasan , jiwa ini terbentuk oleh suatu keyakinan bahwa semua perbuatan (baik atau buruk) pasti akan di balas oleh Allah SWT, jadi beramal tanpa pamrih tanpa mengahrapkan keuntungan duniawi.

2.      Jiwa Kesederhanaan, sederhana bukan berarti pasif tetapi mengandung unsur kekuatan dan kaetabahan hati serta penguasaan diri dalam mengahadapi dalam mengahdapi segala kesulitan.

3.      Jiwa Persaudaraan yang Demokratis, segala perbedaan dipesantren tidak menjadi penghalang dalam jalinan ukhuwah (persaudaraan) dan Ta’awun (saling menolong).

4.      Jiwa kemandirian, pesantren harus mampu mandiri dengan kekuatannnya sendiri.

5.      Jiwa Bebas, bebas dalam membentuk jalan hidup dan menetukan masa depan dengan jiwa besar dan sikap optimis mengahadapi berbagai problematika hidup berdaqsarkan nilai-nilai ajaran Islam. Kebebasan jiwa pondok pesantren juga berarti tidak terpengaruh dan didikte oleh dunia luar.

 

 

BAB IV

SEJARAH ORGANISASI NAHDALATUL ULAMA

 

A. MOTIFASI KELAHIRAN NU

Pada tahun 1914 KH. Abdul Wahab Hasbullah pulang dari Mekkah setelah bertahun-tahun belajar di sana. Beliau terkenal ulama yang sangat dinamis dan  mempunyai cita-cita untuk mempersatukan umat Islam dalam suatu perkumpulan / organisasi keagamaan. Untuk mewujudkan hal itu, beliau menggandeng ulama yang sangat Kharismatik, yaitu KH. Hasyim As’ary Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang (JATIM).

Kedua Ulama ini mencoba untuk mengorganisir dan memberi wadah serta mempersatukan umat Islam (tradisionalis) di Indonesia . Untuk mewujudkan hal tersebut ditempuh langkah-langkah :

1.      Pada tahun 1916 Kyai Wahab mendirikan Madrasah “Jam’iyatul Nahdlotul Wathon “ di Surabaya.  Madrasah ini berkembang dengan pesat dan membuka cabang di Semarang, Malang, Sidoarjo, Gresik, Lawang, Pasuruan, dan lain-lain.

2.      Pada tahun 1919 berdiri TASWIRUL AFKAR”, sebuah madrasah dan forum diskusi keagamaan yang tujuan utamanya memberi tempat untuk mengaji dan belajar serta untuk membela kepentingan Islam.

3.      3. Pada tahun 1924 berdiri organisasi “Syubhanul Wathon (pemuda tanah air), organisasi ini mempunyai kegiatan membahas masalah agama, dakwah, peningkatan pengetahuan bagi anggotanya, dan lain-lain.

Pada tahun 1926 akan disenggarakan Kongres  Islam sedunia di Makkah yang diikuti perwakilan dari organisasi-organisasi Islam di dunia. Pada tanggal 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 KH. A. Wahab Hasbullah membentuk suatu komite yang bernama Komite Hijaz yang beranggotakan para alim ulama dari berbagai daerah guna mengikuti Kongres tersebut. Dalam rapat/sidang komite hijaz tersebut memutuskan dua hal, yaitu :

1.      Meresmikan dan mengukuhkan Komite Hijaz dengan masa kerja samapai delegasi yang akan dikirim menemui Raja Ibnu Saud dan mengirim delegasi ke Kongres Islam di Makkah. Adapun yang dikirim ialah KH. Wahab Hasbullah dan Syeikh Ahamad Ghunaim al Mishri.

2.      Membentuk sebuah Jam’iyyah  (organisasi) yang bernama NAHDLATUL ULAMA’.  Denggan tujuan untuk membina terwujudnya masyarkat Islam berdasarkan aqidah  atau faham Ahlusunnah wal Jama’ah (ASWAJA).

Mayoritas anggota NU berada di Jawa, khususnya JATIM, sepanjang pantura JATENG, Cirebon, dan Banten. Adapun diluar Jawa meliputi : Banjar (KALSEL) ,Batak Mandailing (SUMUT), Bugis (SULSEL), Sasak dan Sumbawa (NTB). Cabang tersebut beridri pada kurun waktu 1930-1940. Kiprah NU yang paling menonjol ialah dibidang pendidikan, jumlah madrasah meningikat pesat pada waktu 1920-1930-an. Unt6uk mengkoordinasikan kegiatan pendidikan tersebut dibentuk Lembaga Pendidikan Ma’arif pada tahun 1938.

B. TOKOH-TOKOH PENDIRI NU

Adapun tokoh besar pengurus NU ialah :

1.      KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947) Jombang

2.      KH. Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971) Jombang

3.      KH.Bisyri Sansoeri (1886 – 1962 ) Jombang

4.      KH. Ridwan Abdullah (1884 -1962) Semarang

5.      KH. Asnawi (1861-1959) Kudus

6.      KH. Ma’sum (1870-1972) Lasem

7.      KH. Nawawi, Pasuruan

8.      KH. Nahrowi, Malang

9.      KH. Alwi Abdul Aziz, Surabaya

C.  NAMA DAN LAMBANG NU

Nahdlatul Ulama adalah organisasi social keagamaan (Jam’iyyah Diniyah Islamiyah) yang berhaluan (faham) Ahulusunnah wal Jamaah. Secara harfiah terdiri dari kata Nahdlah : Bangkit/Kebangkitan dan ‘Ulama : Orang-orang yang ahli agama, Jadi Nahdaltul Ulama berarti kebangkitan para alim-ulama. Nama NU disusulakan KH. Alwi Abdul Aziz dari Surabaya.

Lambang NU berupa :

1.      Gambar bola Dunia atau Bumi yang mengingatkan manusia itu berasal dari tanah dan kembali ke tanah.

2.      Dilingkari Tali Tersimpul yang melambangkan ukhuwah atau persatuan, dan ikatanya melambangkan hubungan dengan Allah SWT.

3.      Dikelilingi sembilan Bintang,

–          Lima bintang di atas katulistiwa, satu bintang besar melambangkan Nabi Muhammad SAW, sedangkan empat bintang dibawahnya melambangkan empat shahabat (khulafaur rosidin).

–          Empat bintang di bawah garis katulistiwa, melambangkan empat madzhab.

–          Disamping itu jumlah seluruh bintang sembalian juga melambangkan wali songo.

Jadi Nabi SAW, Shahabat, Imam Madzhab, dan wali songo yang akan memberikan sinar dan petunjuk jalan yang benar.

1.      Tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia.

Semua jenis lambing tersebut dilatarbelakangi warna putih di atas warna hijau. Warna putih melambangkan kesucian dan warna hijau melambangkan kesuburan. Lambang ini diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah dari Surabaya setelah beliau melakukan shalat Istikharah.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Runtuhnya Dinasti Umayyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain: 1. Sistem p...