Jasmerah (jagan sekali-kali melupakan sejarah),, bangsa dan peradaban ini lahir karna semangat membara untuk membebaskan diri dari perbudakan dan kebiadaban penjajahan
NU (Nahdlatul Ulama) memang ormas
Islam yang terkenal dengan berbagai amalan yang sering dilakukan secara
berjamaah. Tradisi pewarisannya bisa dibilang cukup panjang yaitu dari generasi
ke gemerasi. Kadangkala banyak juga yang mempertanyakan keabsahan tradisi dan
amaliyah NU ini.
Pesan KH Jamaluddin Ahmad, pengasuh
PP Tambak Beras Jombang menanggapi santernya tuduhan dari berbagai kalangan
yang menanyakan tentang keabsahan amaliyah yang selama ini kental dilakukan
oleh para Nahdliyyin. “Kita amalkan saja,yang penting kita punya pegangan.Tidak
usah kita dengarkan mereka”. Kata beliau
Berikut setidaknya ringkas sembilan tradisi NU yang umum dilakukan
dimasyarakat Nadhiyin:
1. Tahlilan
Tahlilan
adalah salah satu cirikhas kaum NU. Bahkan banyak yang bilang untuk mengetahui
seseorang NU atau bukan, cukup dilihat dari apakah seseorang itu ikut kegiatan
tahlilan apa tidak.
Tahlilan sendiri merupakan sebuah kegitan yang dilakukan oleh kalangan NU
secara berjamaah, walaupun juga bisa dilakukan sendirian. Tahlilan sendiri
berisi pembacaan dzikir, tasbih, ayat Quran tahlil, tahmid dan lain sebagainya.
Biasanya acara ini diselenggarakan dalam berbagai momentum kalangan NU. Yang
paling banyak adalah ketika mendoakan seseorang yang sudah meninggal. Biasanya
dilakukan pada malam hari pertama sampai malam ke-40 berlanjut terus hari ke
100,1000 dan haul tiap tahunnya. Ada juga yang dilakukan secara rutinan di
masyarakat setiap malam jumat
2. Ziarah Kubur
Warga NU akrab sekali dengan budaya ziarah kubur.
Mendatangi makam para auliya, ulama atau leluhur sembari membaca berbagai doa
disana. Dan jangan dimaknai kaum NU berdoa kepada kuburan. Tapi melalui para
orang-orang shalih yang telah meninggal, mereka merasa lebih dekat dengan yang
Maha Kuasa dan mengingatkan mereka bahwa kehidupan pada hakikatnya adalah fana
dan tidak kekal.
Khusus ziarah makam para wali sudah menjadi tradisi dan bahkan sekarang
sangat ramai sekali pengunjungnya. Biasanya ini dilakukan secara rombongan.
Ziarah ke makam para leluhur hampir tiap hari raya Idhul Fitri dan hari-hari
tertentu yang menjadi budaya mapan dikalangan warga NU.
3. Maulid Nabi
Untuk menunjukan kecintaannya pada Nabi Muhammad SAW, paling tidak pada
bulan kelahiran Nabi yaitu bulan Robiul Awwal banyak sekali kegiatan bernuansa
keagamaan dalam berbagai bentuk. Ada Maulid Diba’, Barzanji, pengajian dan lain
sebagainya dalam rangka merayakan Maulid Nabi.
Oleh kelompok-kelompok tertentu, kegiatan ini banyak dihujat karena dianggap
tidak memiliki dassar yang kukuh atau tidak pernah nabi laksankan semasa
hidupnya
4.
Istighotsah
Istighotsah
memiliki arti memohon pertolongan kepada Allah SWT. Oleh warga NU biasanya
dilaksanakan bersama-sama dalam satu majlis. PBNU juga pernah melaksanakan
istighosah dalam skala besar atau istilahnya istighosah kubro baik tingkat
daerah maupun tingkat Nasional.
5.
Qunut
Cobalah anda shalat subuh disuatu
tempat. Bila jamaah dalam tempat tersebut membaca doa qunut dapat dipastikan
itu adalah warga NU. Namun sebenarnya Qunut itu dibagi menjadi 3:
Qunut Shubuh: Imam Syafii menyatakan bahwa qunut subuh
dibaca berdasarkan hadits dari Anas bin Malik.
Qunut Nazilah: Qunut ini dibaca warga ketika sedang
menghadapi kesudahan baik wabah penyakit, tantangan, bencana dan lain
sebagainya.
Quntut Witir : Qunut ini baca pada rakaat terakhir
dalam shalat witir pada malam ke 16-30 pada bulan Romadhon.
6.
Talqin Mayit
Talqin mayit adalah tradisi amaliyah
NU disaat ada saudaranya yang meninggal dunia.Talqin berasal dari Bahasa Arab
yang artinya memahamkan atau mengingatkan. Talqin biasnya dibacakan dalam
bahasa arab tapi sering juga dibacakan dalam Bahasa Jawa.
Adapun tatacaranya orang yang
menalqin berposisis duduk dihadapan kepala mayit. Sedangkan para hadirin
hendaknya berdiri, lalu salah seorang yang biasanya menjadi pemua agama mulai
membacakan talqin bagi si mayit
7.
Adzan 2 Kali dalam Shalat Jumat
Setiap menjelang sholat Jumat
dimasjid-masjid NU, ada seorang laki-laki yang berdiri sambil memegang tongkat.
Setelah membacakan hadits Nabi yang berisi anjuran kepada para Jama’ah dan
kemudian dilakukan adzan yang kedua kalinya.
Praktek semcam ini meniru pada zaman Sahabat Utsman dan praktik semacam ini
sama dengan yang dipraktikan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
8.
Tingkepan (Doa tujuh bulan kehamilan)
Acara ini berbentuk pembacaan doa
dan pemberian sedekah dalam rangka tujuh bulan masa kehamilan seorang wanita.
Dan biasanya disela-sela acara dibacakan surat Yusuf dan surat Maryam, dengan
harapan agar anaknya akan lahir seganteng Nabi Yusuf dan secantik Siti Maryam.
9.
Merujuk Kitab Kuning
Dan ini tradisi amaliyah NU yang
paling penting, selain pada Al-Quran dan Hadits, warga NU selalu berpegangan
pada ulama salaf baik melalui kyai maupun merujuk pada kitab kuning yang
dianggap standard oleh para Ulama NU. Kitab kuning ini biasanya ditulis dalam
bahasa arab dan biasanya berbentuk tulisan arab tanpa harakat (gundul).
Ini tidak lain karena tradisi para
intelektual NU yang selalu berpegangan pada sanad yang jelas serta
kehati-hatian yang tinggi. Semua itu supaya pemahaman agamanya tidak melenceng
dari apa yang telah digariskan oleh para salafus shalih yang sanadnya jelas
tersambung hingga Nabi Muhammad SAW.
Itulah tradisi amalan NU yang umum
dilakukan dimasyarakat. Bagi kita warga Nahdliyin jangan pernah ragu jangan
pernah gentar untuk mengaku sebagai warga NU. Selain dibimbing oleh kyai-kyai
yang mumpuni, panutan kita ulama-ulama NU memiliki sanad yang jelas tersambung
sampai Rasulullah SAW sehingga amaliyah kita terjaga kemurniannya. Wallahu’alam
Bisshawab.
Dalam sudut pandang Sunni,
'Umar termasuk salah satu pemimpin yang hebat dan suri teladan dalam masalah
keislaman[6] dan beberapa hadits menyebutkan dirinya
sebagai sahabat Nabi paling utama setelah Abu Bakar.[7][8] 'Umar memiliki julukan yang diberikan
oleh Nabi Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti
orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Namun di sisi lain,
'Umar cenderung dipandang negatif dalam perspektif Syi'ah.[9]
Pada masa kepemimpinannya,
kekhalifahan menjadi salah satu kekuatan besar baru di wilayah Timur Tengah.
Selain menaklukan Kekaisaran Sasaniyah
yang sudah melemah hanya dalam kurun waktu dua tahun (642–644), 'Umar berhasil
mengambil alih kepemimpinan dua pertiga wilayah Kekaisaran Romawi
Timur.[10] Perluasan wilayah ini juga diikuti
berbagai pembaharuan. Dalam bidang pemerintahan dan politik, departemen khusus
dibentuk sebagai tempat masyarakat dapat mengadu mengenai para pejabat dan
negara. Pembentukan Baitul Mal menjadi salah
satu pembaharuan 'Umar dalam bidang ekonomi. Segala capaiannya menjadikan 'Umar
sebagai salah satu khalifah paling berpengaruh sepanjang sejarah.[11]
Biografi
Sebelum memeluk Islam,
Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah. Umar juga dikenal sebagai seorang peminum
berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada saat sebelum memeluk Islam (Jahiliyyah = masa kekosongan Nabi), Umar suka
meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama
sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan)
secara tegas.
Memeluk
Islam
Ketika Nabi Muhammad ï·º menyebarkan Islam
secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati
terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan
yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah
mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap
peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak
dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad ï·º.
Pada puncak kebenciannya terhadap
ajaran Nabi Muhammad ï·º, Umar
memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad ï·º, namun saat dalam
perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad ï·º bernama Nu'aim bin Abdullah
yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk
Islam, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad ï·º yang ingin dibunuhnya saat itu.
Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud
untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu
sedang membaca Al Qur'an surat Thoha
ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika
melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian
meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi
terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu
Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu
membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang
terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad ï·º kemudian memeluk ajaran yang
sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan
ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang
selama ini diketahui selalu membelanya.
Kehidupan
di Madinah
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad ï·º dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) ke Yatsrib sekarang Madinah. Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke
Syria. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada
masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam,
juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad
ï·º dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu
menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama dia ikut menyiksa para pengikut
Nabi Muhammad ï·º.
Wafatnya
Nabi Muhammad
Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad ï·º pada 8 Juni 632
M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) suasana sedih dan haru menyelimuti kota
Madinah,sambil berdiri termenung Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang
paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau
menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkata
"Sesungguhnya beberapa orang munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad ï·º.
telah wafat. Sesungguhnya dia tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya,
seperti dilakukan Musa bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah dia
benar-benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa dia wafat, kaki
dan tangannya akan kupotong."
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali
dari Madinah, ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas
mengatakan,
"Saudara-saudara! Barangsiapa
mau menyembah Nabi Muhammad ï·º, Nabi Muhammad ï·º sudah meninggal dunia. Tetapi
barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati!"
— Abu Bakar ash-Shiddiq
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam
yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Nabi Muhammad ï·º, seperti halnya mereka, adalah
seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an[12] dan mencoba untuk mengingatkan mereka
kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad ï·º yaitu kefanaan makhluk
yang diciptakan. Setelah peristiwa itu, Umar sadar kesalahannya dan membiarkan
persiapan penguburan dilaksanakan.
Masa
kekhalifahan Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai
khalifah, Umar merupakan salah satu penasihat kepalanya. Setelah meninggalnya
Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar
sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.
Menjadi
khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan
Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian
Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa
Kekaisaran Sassanid serta mengambil alih Mesir,
Palestina, Syria,
Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya
yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan
Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran
besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk,
yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636,
20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri
kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian
selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas
pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran
Al-Qadisiyyah (thn 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal
pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas
mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang
terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan
yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam
akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota
oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat
di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar
memilih untuk salat di tempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 5
tahun kemudian, Masjid Umar didirikan di tempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi
secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk
membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga
memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah
kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang
sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di
zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah,
tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan
Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah
Wafat
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz),
seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat
Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam
setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon
dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz
merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara
adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23
H/644 M. Setelah wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar
meninggalkan wasiat yaitu:[butuh rujukan]
Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau
hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak
darinya.
Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah
perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu
selain perut.
Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah.
Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan
lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka
tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya,
berarti engkau terpuji.
Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah
untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan
menderita, rugi, dan penuh penyesalan.
Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah
akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Zainab
binti Mazh'un. Dia berasal dari Bani Jumah.[13]:204 Zainab menikah dengan 'Umar
sebelum tahun 605.[14]:56 Tidak diketahui sikap Zainab
terhadap Islam maupun waktu pasti dirinya menjadi mualaf. Saat 'Umar
hijrah ke Madinah pada 622, sebagian catatan tidak menyertakan seorang
wanitapun dari keluarga 'Umar yang turut serta[15]:218 sehingga diasumsikan bahwa
Zainab telah meninggal bila mengacu pendapat ini. Namun menurut penuturan
putra 'Umar, 'Abdullah, dia hijrah bersama kedua orangtuanya.[16] 'Umar menceraikan dua istrinya
yang lain pada 628 atas perintah Nabi Muhammad yang tidak memperkenankan
mempertahankan pernikahan dengan orang musyrik, sehingga Zainab pasti
telah menjadi Muslimah jika dia masih hidup pada saat tersebut.
'Abdullah.
Periwayat hadits terbanyak setelah Abu Hurairah.
Ummu Kultsum
binti Jarwal, juga dikenal dengan Mulaika. Dia berasal dari Bani Khuza'ah.[13]:204 Dia menikah dengan 'Umar sebelum
tahun 616.[17]:92 Ummu Kultsum turut serta
hijrah ke Madinah meski masih menyembah berhala.[15]:218[15]:510[18] Segera setelah Perjanjian
Hudaibiyyah pada 628, Nabi Muhammad tidak memperkenankan umat
Muslim mempertahankan pernikahan dengan orang musyrik sehingga 'Umar
kemudian menceraikan Ummu Kultsum. Ummu Kultsum kembali ke Makkah setelah
perceraian tersebut.[13]:204[15]:510[18]
'Ubaidillah
Quraibah
binti Abu Umayyah. Dia berasal dari Bani Makhzum. Ayah Quraibah, Abu Umayyah bin
Al-Mughirah, adalah pemimpin Makkah pada awal abad ketujuh. Ibunya, Atikah
binti 'Utbah, berasal dari Bani Abdu Syams.
Quraibah juga merupakan saudari seayah dari Ummu Salamah
Hindun, istri Nabi Muhammad. Hindun binti 'Utbah
adalah bibi Quraibah dari pihak ibu. Quraibah menikah dengan 'Umar sebelum
tahun 616 dan 'Umar menjadi suami keduanya. Quraibah berstatus penyembah
berhala saat hijrah ke Madinah. Dia diceraikan oleh 'Umar pada 628.[15] Setelahnya, Quraibah menikah
dengan Mu'awiyah bin
Abu Sufyan dan pernikahan ketiganya juga berakhir dengan
perceraian.[18][17]:92 Setelahnya Quraibah menikah
dengan putra Abu Bakar
Ash-Shiddiq, 'Abdurrahman.[19]
tidak memiliki anak dengan 'Umar
Jamilah
binti Tsabit, nama aslinya adalah 'Ashiyah. Dia berasal dari Bani Aus dari pihak ayah dan ibu.[20][21] Jamilah dan ibunya, Asy-Syamus
binti Abu Amir, adalah termasuk dari sepuluh wanita yang berbaiat pada
Nabi Muhammad pada 622.[22] Nabi Muhammad kemudian memberinya
nama baru, Jamilah, yang berarti 'cantik'.[23] Dia menikah dengan 'Umar antara
tahun 627 sampai 628.[24] Pada satu kesempatan, Jamilah
meminta uang kepada 'Umar dan 'Umar melaporkan pada Nabi Muhammad bahwa
dia menampar Jamilah sampai jatuh lantaran istrinya tersebut meminta
sesuatu yang dia tidak miliki.[25] Pernikahan mereka berakhir dengan
perceraian.[26][27][28]
'Atikah binti Zaid. Dia berasal dari Bani 'Adi.[14] 'Atikah termasuk sahabat Nabi dan juga seorang penyair. Dia
total menikah lima kali dan 'Umar adalah suami ketiganya. Suami pertamanya
adalah Zaid, saudara 'Umar sendiri, dan suami keduanya adalah 'Abdullah
bin Abu Bakar yang meninggal pada tahun 633. 'Atikah sendiri berada di
masjid saat 'Umar ditikam yang berujung pada kematiannya pada 644, 'Atikah
menikah dengan Zubair bin 'Awwam
yang gugur di Perang Jamal pada
tahun 656. 'Atikah kemudian menikah dengan Husain, cucu Nabi Muhammad. 'Atikah
meninggal pada tahun 672.[29]
Iyaad
Ummu Hakim
binti Harits. Dia berasal dari Bani Makhzum. 'Umar sendiri adalah suami
ketiga Ummu Hakim. Suami pertamanya adalah Ikrimah bin Abu
Jahal dan suami keduanya adalah Khalid bin Sa`id.
Pada Perang Marj Ash-Shaffar (634) antara pihak kekhalifahan dengan Kekaisaran Romawi
Timur yang menewaskan suami keduanya, Ummu Hakim turut serta
dalam perang dan membunuh tujuh prajurit Romawi dengan tiang tenda di
dekat jembatan yang kemudian dikenal dengan Jembatan Ummu Hakim dekat Damaskus.[30][31]
Fatimah
Ummu Kultsum binti 'Ali atau Zainab as-Sughra. Dia
adalah cucu Nabi Muhammad, putri Fatimah az-Zahra
dan 'Ali bin Abi Thalib.
'Umar memberikan mahar untuk pernikahannya dengan Ummu Kulstum sebesar
40.000 dirham[32] dan mereka hidup sebagai suami
istri pada tahun 638.[33] Tercatat Ummu Kultsum pernah
memberikan hadiah parfum kepada Permaisuri Martina, istri Kaisar Romawi
Timur Heraklius. Sebagai balasan, Martina
menghadiahi kalung kepada Ummu Kulstum. Namun 'Umar yang percaya bahwa
istrinya tak seharusnya ikut campur dalam urusan kenegaraan akhirnya
menyerahkan kalung tersebut ke dalam perbendaharaan negara.[34] Dalam sudut pandang Syi'ah,
pernikahan antara Ummu Kulstum dan 'Umar adalah kisah rekaan.[35]